Kamis, 05 Mei 2011

Sepak bola – Agama Baru

Membuang-buang tenaga dan waktu, menghamburkan uang, mempertunjukan kasih sayang, mendukung dan mempedulikan, mengikuti dan meniru, berdebat dan membantah, berkelahi dan mempertahankan… kita akan dimaafkan untuk berfikir bahwa kita berbicara tentang sesuatu yang penting, ini hanyalah sebagian dari aktifitas rutin para pendukung sepak bola.

Sepak bola adalah olah raga yang paling popular di dunia dan dengan adanya Piala Dunia yang sedang berlangsung, jutaan orang akan menghabiskan waktu untuk merefleksikan pada agama baru mereka yang ditemukan. Orang-orang akan mengambil waktu kerja untuk meyakinkan bahwa mereka menyaksikannya; mereka akan menunda pekerjaan mereka, merubah rutinitas mereka dan bahkan meninggalkan makanan jika itu perlu dilakukan. Demam sepak bola menarik perhatian masyarakat luas, memberikan waktu mereka dan mengusahakannya.

Orang-orang akan menghabiskan banyak uang untuk agama mereka ini, melakukan perjalanan ke negara lain untuk mendukung tim mereka, membayar tiket, membeli kostum sepak bola, bendera dan atribut-atribut lain yang menyimbolkan tim mereka. Mereka akan menghabiskan berjam-jam untuk menontonnya di TV, mendengarkan semua komentar dan diskusi tentangnya, melihat siaran ulang dan bahkan menyorotnya. Mereka akan duduk di tengah-tengah yang lain berdebat dan mendiskusikan apa saja tentang sepak bola selama berjam-jam, membicarakan tim jagoan mereka, mereka akan mendiskusikan strategi, taktik dan kesalahan; mereka akan mengamati pertandingan sebelumnya untuk memprediksi hasil pada pertandingan berikutnya. Diskusi ini merangsang orang-orang menjadi sangat tekun dan emosional, sering berujung pada perselisihan. Mereka akan suka dan tidak menyukai pada orang lain hanya berdasarkan pada siapa yang mereka dukung, juga sering berkelahi dan merugikan orang-orang yang berlawanan dengannya. Sesuatu yang menyakitkan bagi mereka untuk melihat tim mereka kalah, kemudian menyebakan mereka meneteskan air mata, disamping mereka memuji dan merayakannya ketika mereka menang, membawa kesenangan dan kepuasan hati mereka.

Ini adalah realitas dari suporter sepak bola, sebuah buritan orang-orang yang percaya pada agama barunya dan sebuah penggemar yang sangat bersemangat.

Piala Dunia dimana-mana di seluruh dunia benar-benar melawan antara yang satu dengan lainnya dalam sebuah turnamen yang diselenggarakan empat tahun sekali. Secara alami, penduduk negeri-negeri yang berpartisipasi diharapkan menyediakan dukungan bagi tim mereka. Warga negara dari negera-negara ini bersatu bersama-sama untuk kemabali pada tim nasional mereka dengan harapan memperoleh sebagian kebanggan nasional dan kredebilitas internasional. Rasa naioanalisme meluas diantara orang-orang dan jelas terlihat.

Fakta yang menyedihkan dari masalah ini adalah banyak kaum Muslimin yang telah terpedaya pada agama baru ini dan mereka membawa bendera nasional mereka, memberikan waktu dan usahanya, menunjukkan suport pada salah satu negara. Mereka berdiri dengan bangga di belakang bendera ini dan apa saja yang menjadi atributnya, dengan sangat bersemangat mendeklarasikan ini terbuka tidak menyadari apa yang benar-benar ada. Mereka mengabiskan waktu berharga mereka yang bisa dihabiskan untuk sesuatu yang lebih baik untuk mengikuti acara sepak bola. Mereka menghabiskan tenaga dan usaha untuknya, mereka mengikuti dan meniru pemain bola apakah dengan nama mereka atau penampilan mereka juga anak-anak yang tumbuh mengambil banyak dari mereka sebagai aturan model. Ini sama dengan Muslim yang tidak bisa bahkan 10 menit untuk shalat atau membaca Al-Qur’an, mereka tidak mempedulikan kepentingan Ummat Muslim dan bahkan tidak mempedulikan hatta menaikan alis mata pada pembunuhan Muslim atau penjajahan negeri Muslim. Mereka mengabaikan Islam dan tidak mempedulikan untuk mempelajarinya, mereka sangat terpikat pada agama baru mereka ini karena itu adalah apa yang memberikan mereka kesenangan juga kegembiraan. Mereka bahkan dengan rela mendukung negara yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah Muslim dan rela berteman dengan orang-orang seperti mereka untuk berbagi kesenangan. Mereka menyimpan semua perbedaan dan hanya satu hal masalah bagi mereka adalah tim yang mereka dukung sebagaimana ini adalah apa yang mendasari persaudaraan mereka.

Allah SWT berfirman :

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid, 57: 20)

Kompetisi ini apakah mereka berupa Piala Dunia, Olimpiade atau lainnya telah didesain untuk memperkuat rasa nasionalisme, agar konsep ini tetap hidup dalam benak masyarakat. Satu-satunya keadaan yang lain dimana ini memunculkan kebanggan nasional diantara orang yang bangkit pada saat perang dan ancaman dari luar, pada saat seluruh negeri di bawah bendara nasional dan berdiri bersama-sama untuk melawan musuh. Kompetisi seperti ini adalah sebuah undangan tiruan dari sebuah perang situasi dimana orang-orang telah dihimbau untuk berpihak pada negeri mereka. Bendera nasional menjadi sebuah simbol dari kebanggan dan kehormatan yang membedakan antara yang satu dengan yang lain. Divisi dari orang-orang yang berdasarkan pada kedaulatan negara mereka diperkuat dengan menciptakan kebencian dan permusuhan diantara mereka.

Ini adalah salah satu dari rencana tentara salib kolonial untuk mengabdikan gagasan ini dalam benak orang-orang sehingga mereka terus menerima dugaan kedaulatan negara. Mereka bertujuan utuk membangun kebanggan nasional ke dalam hati masyarakat meyakinkan diri mereka lebih baik dari yang lainnya memberikan mereka sebuah alasan dengan bukti ini.

Kepura-puraan ini tidak lain hanyalah semata-mata permainan yang membuktikan tidak lain kecuali kebodohan dan kemunduran sebuah bangsa. Nasionalisme yang ditanamkan dalam benak Muslim bertujuan untuk menjaga kita untuk tidak bersatu dan pada perbedaan satu sama lain, namun ini adalah konsep yang berlawanan dengan keimanan kita. Ide negera nasional (nation state) dan pembagian masyarakat berdasarkan tempat tinggal adalah bukan dari Islam. Identitas dari seorang Muslim adalah percaya pada Al-Islam dan ini adalah apa yang meninggikan kita untuk hidup dan mati untuknya. Perbedaan antara orang-orang yang tidak berdasarkan pada warna kulit, nasionalisme atau ras; tetapi itu murni berdasarkan pada tingkat Imaan dan taqwa pada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujarat, 49: 13)

Rasulullah SAW dengan tegas membenci nasionalisme dan siapa saja yang menyeru untuk itu pada saat beliau berkata :

“Dia tidak termasuk dari golonganku yang menyeru pada nasionalisme, berperang untuk nasionalisme dan mati untuk nasionalisme” [Sunan Abu Daud]

Sepak bola adalah dien (agama) dimana orang-orang hidup dan rela mati untuknya. Pesan dari dien ini adalah pemainnya yang mengikuti dan meniru; Aqidah dari seorang yang beriman pada agama ini adalah berdasarkan pada kesetiaan, dukungan, ketaatan dan menyembah salah satu tim mereka ; walaa’ mereka adalah dengan orang-orang yag mendukung sesame tim mereka, dan bara’ah mereka adalah kepada lawan mereka. Ziarah mereka adalah menghadiri pertandingan di rumah atau di lapangan. Jihad mereka adalah menyerang lawan yang menjadi pesaing tim mereka. Dakwah mereka adalah untuk menyebarkan, membela dan membenarkan tim mereka, mengajak orang lain untuk untuk mendukung mereka.

Laa Haula wa laa quwwata illa billah…!

1 komentar:

  1. Subhanaalloh
    😢😢😢😢😢😢😢 benar sekali

    BalasHapus