Rabu, 11 Mei 2011

DELAPAN FONDASI METODELOGI AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

DELAPAN FONDASI METODELOGI AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Dari kitab: Al-I’tisam bil Kitaab Was-Sunnah

FONDASI PERTAMA
Syari’ah Islam adalah Dien Allah yang Haq, yang Dia putuskan kepada semua makluk-Nya (Jin dan Manusia)sampai hari pengadilan.

Disusun dari ceramah:
Syeikh Abu Abdur Rahman As Suuri (Hafizahullah)

FONDASI PERTAMA

Syari’ah(1) Islam adalah Dien Allah yang Haq, yang Dia putuskan kepada semua Makluk-Nya (Jin dan Manusia) sampai hari pengadilan.

Manhaj pertama dari Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah untuk membuktikan bahwa individu kemudian Ummat harus berdiri pada Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian mempunyai I’tisaaam (berpegang teguh) kepada pemahaman Ummat Salaf (terdahulu)semata, karena itu adalah Dien Haq, yang Allah telah pilih. Jika seseorang mengikuti dien yang lain atau hawa nafsu sendiri maka itu adalah batil(2).

Setelah kedatangan Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagai seorang Rasul Allah, hanya dien Islam dan Syari’ah-Nya yang diterima oleh Allah subhaanahu wa ta'aala. Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah penutup semua nabi, dan Syari’ah-Nya menyempurnakan Syari’ah sebelumnya sampai hari pengadilan. Selanjutnya, tidak ada Syari’ah yang bisa membatalkan Syari’ah Islam,dan di masa akan datang tidak akan datang lagi Syari’ah ketuhanan setelah Syari’ah Islam.

Fondasi pertama terbukti dengan enam poin:

a. Syari’ah Islam adalah Haq dan semua syari’ah yang lain adalah Batil

Karena Syri’ah Islam adalah Haq, semua Syari’ah yang lain adalah Batil, jalan hidup dan
ideologi lain adalah batil. Syari’ah yang telah diturunkan sebelum kedatangan Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah hukum dari haq, tetapi telah disempurnakan. Selanjutnya,untuk mengikuti atau merujuk pada hukum-hukum yang turun sebelum Nabi Muhammad adalah tidak benar dan Batil. Sebagaimana diketahui fakta bahwa Haq selalu tetap haq, dan yang berlawanan darinya adalah Batil.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
“Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?”
(QS Yunus, 10: 32)

dan,

وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Dan Allah menghukum dengan keadilan. dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS Al Mu’min, 40: 20)

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.” (QS Al Jaatsiyah, 45: 18)
dalam ayat-ayat ini, Allah memerintahkan untuk mengikuti perintah-perintah-Nya dan
pada akhir ayat melarang untuk mengikuti sesuatu yang lain.

b. Allah subhaanahu wa ta'aala mengetahui apa yang terbaik untuk makhluk-Nya. Dia memilih Syari’ah Islam menjadi wahyu terakhir.

Pada saat Allah menetapkan bahwa Islam adalah Dien yang terakhir, Dia subhaanahu wa ta'aala
menghapuskan untuk mengikuti semua dien yang lain. Dia subhaanahu wa ta'aala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imran, 3: 85)

Allah mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya. Lebih lanjut apa saja yang Dia
subhaanahu wa ta'aala telah pilih untuk diimani, diikuti, dirujuki, telah dilindungi dan kemudian akan selalu menjadi yang terbaik.

Dan Allah berfirman,
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?” (QS Al Mulk, 67:14)

Seharusnya tidak pernah dilupakan bahwa mahkluk dan Pencipta adalah tidak sama,Pencipta adalah Superior dan Maha Mengetahui; selanjutnya Dia subhaanahu wa ta'aala mengetahui jalan
yang terbaik (manhaj dan dien) untuk makhluk-Nya.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لا يَخْلُقُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS An Nahl, 16: 17)

Syari’ah Islam juga terbaik karena ia milik Allah. Allah adalah Ahkamul Hakimiin(sebaik-baik hakim). Tidak ada seorangpun yang lebih baik menetapkan undang-undang kehidupan dan mengatur mahkluk-Nya.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS At Tiin, 95: 8)

Salah satu pelajaran dari ayat ini adalah bahwa Allah sebaik-baik hakim, menetapkan sebuah masalah dan memilihkan jalan hidup ketuhanan.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
قَالَ هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَى أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Berkata Ya'qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang.” (QS Yusuf,12: 64)

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS At Thalaq, 65: 12)

Syari’ah Islam adalah terbaik karena ia adalah terpilih sebagai Syari’ah Allah dan Dia mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya. Dan tidak seharusnya seorangpun berkomentar atas keputusan Allah.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuatbuatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS Yusuf, 12: 40)

Dalam Surah Yusuf (12: 40), Allah memerintahkan kita untuk beribadah dan menaati-Nya semata, karena Allah Maha mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Syari’ah Islam digambarkan sebagai apa yang baik dan yang tidak merugikan bagi manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Sebagian mengklaim bahwa hukum buatan manusia memberikan apa yang diinginkan bagi manusia dalam kehidupan saaat ini, tetapi dalam realitas hukum buatan manusia tidak membawa apapun dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Jika seseorang mempelajari realitas; maka itu menjadi jelas bahwa hukum buatan manusia tidak memberikan apapun tetapi malah menyebarkan kerusakan di darat dan di laut, sebagaimana Allah telah memperingati dalam sebuah ayat:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar Ruum, 30: 41)

Hukum buatan manusia yang menyebabkan kerusakan, bukan Syari’ah Allah. Allah telah mendeklarasikan bahwa Syari’ah Islam adalah sebaik-baik jalan hidup bagi seluruh manusia, maka jika berpaling ke jalan hidup yang lain dia adalah seseorang yang gagal dalam dunia terlebih lagi di akhirat.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu.” (QS Al Ma’idah,5: 3)

Itu adalah sebuah rahmat dari Allah bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah penutup bagi semua Nabi dan Syari’ah Islam adalah penutup bagi semua Syari’ah yang sebelumnya.

Seseorang yang mengikuti jalan selain daripada Syari’ah Islam maka dia adalah orang yang gagal. Ini karena satu-satunya pengertian manfaat bagi manusia adalah hidup dengan Syari’ah. Sayangnya, mayoritas manusia tidak memperhatikan keberhasilan di akhirat, disamping hanya memperhatikan kesuksesan dan kepentingan dunia.

Allah menginformasikan kepada seluruh manusia dalam Al-Qur’an,
إِنَّ هَؤُلاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلا
“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).” (QS Al Insan, 76: 27)

Kebanyakan, sistem buatan manusia bisa menyediakan sedikit kepentingan dunia tetapi tidak di akhirat. Selanjutnya, hiasaan hukum buatan manusia adalah ilusi dan bahkan dalam masalah keuntungan dunia adalah tidak penting, itu adalah penyimpangan dan batil.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَيَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.(QS Ar Ruum, 30: 6-7)

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَاوَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(QS Al A’laa, 87: 16-17)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (QS Ali Imran, 3: 185)

c. Hak Legislasi hanyalah milik Allah

Allah subhaanahu wa ta'aala mendeklasraikan permusuhan kepada seseorang yang berselisih dan
berkomentar terhadap Syari’ah, seperti seseorang yang telah murtad (jika dia awalnya seorang Muslim) dari dien Islam, dan pelu dihukum sebagai kejahatannya. Seseorang yang menantang dan mencoba untuk bertanding dengan Allah dalam Rububiyah dan atau Uluhiyyah adalah seseorang yang gagal dan Allah akan membinasakan mereka.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al A’raf, 7: 54)

Allah satu-satunya pencipta dan Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk melegislasi (hukum).

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Yusuf, 12: 40)

Pengertian hukum dalam bahasa Arab adalah legislasi, aturan ketuhanan, hukum dan undang-undang, penghakiman, dan sebagainya. Sebagaimana telah dinyatakan dalam ayat, menetepkan adalah sebuah hak ekslusif Allah.. Tidak ada seorangpun dari ciptaan-Nya yang mendapatkan bagian hak untuk memetapkan. Pada saat Allah berfirman dalam ayat, “…itu adalah agama yang lurus”, ini adalah sebuah penekanan lebih lanjut bahwa HANYA Allah yang memelihara hak menetapkan dalam masalah Rububiyyah dan Uluhiyyah. Kekuatan untuk menciptakan, menetapkan dan hak untuk disembah adalah hanya milik Allah, dan ini adalah Ad Dienul Qayyim (Agama yang
tinggi). Lebih lanjut, Dienul Qayyim(3) adalah lebih tinggi dari semua dien.

Allah berfirman tentang orang-orang yang berhukum pada hukum buatan manusia,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS Asy Syuraa’, 42: 21)

Orang-orang yang merujuk pada hukum buatan manusia di samping Syari’ah Islam tidak hanya berlawawan dengan hak ekslusif Allah dalam Legislasi tetapi juga secara efektif menggantikan-Nya subhaanahu wa ta'aala. Sebagaimana telah di tetapkan dalam ayat, itu tidak
bisa diterima kepada seseorang kecuali Allah. Hanyalah Syari’ah Islam yang dipertahankan oleh Allah; lebih lanjut, itu adalah sebuah bentuk perintah untuk membuat I’tisam kepada sumber Syari’ah ini –Qur’an dan Sunnah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam
(berdasarkan pemahaman Salaf). Merujuk kepada selainnya adalah syirik.

Allah subhaanahu wa ta'aala telah mengutuk pendeta dan rahib dari Yahudi dan Nasrani karena mereka akan melegislasi hukum dan undang-undang. Pada saat ini, disamping para Rahib dan
pendeta, anggota parlemen juga telah menjadi legislator baru.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At Taubah, 9: 31)

Sebagaimana telah dinyatakan dalam ayat, bahwa orang-orang yang dirujuk selain daripada Allah untuk semua masalah adalah Tuhan-tuhan palsu (jika mereka setuju untuk disembah).

Memutuskan kepada sebuah dien selain daripada dien Islam adalah sama dengan memutuskan kepada berhala. Faktanya, tidak ada perbedaan antara orang-orang pada masa Ibrahim 'alaihissalam . yang dahulu merujuk kepada berhala dan pada saat ini orang-orang merujuk pada anggota parlemen.

Kecuali jika semua Syari’ah palsu ditolak, dien dari seseorang tidak akan diterima. Selanjutnya itu haruslah ditolak dan meniadakan kebatilan, serta menerima dan melaksanakan Tauhid semata-mata karena Allah.

Allah subhaanahu wa ta'aala Berfirman,
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (QS Al Ma’idah, 5: 50)

Semua hukum buatan manusia adalah hukum Jahiliyyah. Tidaklah cukup hanya beriman kepada Allah sebagai Pencipta, tetapi seseorang juga harus beriman bahwa Allah adalah Legislator, karena dari beriman kepada Allah ini, seseorang harus menolak dan tidak merujuk pada hukum Jahiliyah. Siapa saja yang menegakkan bahwa Allah adalah Pencipta tetapi merujuk pada hukum jahilillah adalah seorang pendurhaka dan menghina dien Islam.

d. Syari’ah Islam telah dipilih oleh Allah kepada semua manusia dan juga jin.

Allah subhaanahu wa ta'aala Berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS Al A’raf, 7: 158)

Jaabir Ibn Abdullah radliyallahu 'anhuma Meriwayatkan bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam Bersabda,
“Setiap Nabi telah diutus untuk kaumnya sendiri, tetapi aku telah diutus kepada seluruh Ummat manusia.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat yang lain, bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam Bersabda:
“Aku telah diutus kepada orang kulit puith dan kulit hitam” Ayat (QS 7: 158) dan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Ibnu Abdullah membuktikan bahwa Syari’ah Islam adalah Syari’ah yang Allah pilihkan bagi seluruh ummat manusia.

Allah subhaanahu wa ta'aala Berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
(QS Saba’, 34: 28)

Orang-orang yang mengikuti dan merujuk pada Syari’ah Islam akan memenuhi syarat untuk masuk kedalam surga. Namun, jika mereka menahan diri untuk mengikuti dan merujuk pada Syari’ah Islam, akhir tempat kediaman mereka adalah di neraka. Karena alasan ini, Allah telah mentapkan Islam sebagai Dien ketuhanan yang dipilihkan untuk manusia dan jin.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imran, 3: 85)

Dimana saja seseorang ambil bagian dalam ibadah ritual, mereka melakukan demikian dengan niat bahwa Allah menerimanya. Semua perbuatan ibadah tidak keluar keluar dari a) mencintai Allah, b) takut pada Allah, c) berharap bahwa ibadah tersebut diterima. Jika sebuah perbuatan baik dilaksanakan, mengabaikan kemurnian niat, perbuatan itu tidak akan pernah diterima oleh Allah kecuali perbuatan itu berdasarkan Syari’ah Islam. Seseorang harus memastikan bahwa perbuatannya bukan berdasarkan pada hukum buatan manusia, rasio, atau dasar-dasar lain yang bukan berlandaskan Islam.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al-Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al-Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al-Quran. Dan barangsiapa diantara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya,
karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Quran itu. Sesungguhnya (Al-Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS Huud, 11: 17)

Ayat di atas adalah bukti otentik dan kuat dari ushul Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam i’tisam kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ahlus Sunnah menaati Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang berkuasa di antara kaum muslimin.

Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Dia yang jiwaku berada dalam gengamannya! Tidak ada satupun dari Ummat ini, apakah Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentangku dan tidak beriman pada apa yang telah aku bawa, tetapi akan ada diantara manusia yang menjadi penghuni neraka.”(HR Muslim)

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,“Aku telah diperintahkan (oleh Allah untuk berperang melawan manusia sampai mereka mengucapkan bahwa “Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”,melaksanakan Shalat dan membayar zakat, maka jika mereka melakukannya, maka jiwa dan hartanya akan aman dariku, kecuali untuk hak-hak Islam. Dan kemudian perhitungan mereka akan
dilakukan oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua hadits ini adalah bukti bahwa Syari’ah Islam adalah Syari’ah Haq (kebenaran)dan selainnya adalah batil. Tidak ada lagi kebenaran menuruk Nasrani ataupun Yahudi karena keduanya telah dihapuskan. Orang-orang yang menjustifikasi dan menyeru untuk persamaan beragama itu berlawanan dengan Syari’ah Islam. Allah telah mensucikan camp/wilayah kebenaran dari camp kebatilan juga orang-orangnya yang ingin berkompromi dengan Islam dan menggabungkannya dengan keimanan, jalan hidup dan kebiasaan yang batil.

Kebatilan akan selalu menolak kebenaran dan kebenaran akan selalu menolak kebatilan.
Dan ini adalah sebuah takaran untuk mengukur orang-orang yang telah berada pada jalan kebenaran. Jika semua orang terlihat mendukung Kuffar dan ide-ide mereka,kemudian dengan pasti menetapkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sesat dan jahat. Jika seseorang terlihat berlawanan dengan jalan hidup Kuffar dan Kuffar berlawanan dengannya, kemudian itu dengan pasti menetapkan bahwa mereka adalah Ahlul Haq.

e. Allah subhaanahu wa ta'aala menetapkan bahwa Al-Islam menjadi Dien kebenaran sampai hari pengadilan nanti.

Islam adalah Dien kebenaran karena Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah Nabi Allah yang terakhir. Dia shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah Nabi penutup.

Abu Hurairah radliyallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,“Bani Israel dahulu telah diatur dan ditujuki oleh Nabi-nabi; pada saat
seorang Nabi wafat, Nabi yang lain menggantikannya. Tidak akan ada
Nabi setelahku, tetapi akan ada Khalifah yang akan bertambah.”(HR Bukhari)

Jubair bin Hatim radliyallahu 'anhuma Meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku mempunyai lima nama: Aku adalah Muhammad dan Ahmad; Aku adalah Al-Maahi melalui orang-orang yang Allah akan lenyapkan ketidaksetiaan; aku adalah Al-Hasyir yang pertama akan dibangkitkan,kemudian yang lain akan dibangkitkan setelahnya, dan aku juga Al ‘Aqib (Tidak ada Nabi setelahku).” (HR Bukhari)

Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah Rasul terakhir dan dia menerima wahyu terakhir dari Allah subhaanahu wa ta'aala. Hanya Nabi manusia yang diistimewakan dengan kehormatan menerima wahyu dari Allah. Karena Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang telah diutus oleh Allah kepada seluruh manusia maka, tidak akan ada syari’ah lain setelah itu. Lebih lanjut, Syari’ah Islam adalah syari’ah terakhir. Dengan berakhirnya kenabian maka berakhir pula Syari’ah.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.”(QS Ali Imran, 3: 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kalitidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imran, 3: 85)

Siapa saja yang mengikuti Dien atau Syari’ah selain Islam akan diklasifikasikan sebagai
seseorang yang gagal dan tempat kediaman terakhirnya adalah neraka.

Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma Meriwayatkan bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku telah diutus dengan pedang di tanganku sampai hari pengadilan,
sampai Allah subhaanahu wa ta'aala disembah secara khusus.” (HR Abu Daud dan Musnad Imam Ahmad)

Selanjutnya, Ummat Muhammad akan selalu membawa pedang Islam sampai hari pengadilan berdasarkan pada Syari’ah. Dan orang-orang yang mengklaim bahwa Syar’iah datang sampai berhenti setelah wafatnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah pembohong karena walaupun setelah wafatnya Syari’ah telah mendominasi dan telah mencapai diluar semenanjung Arab.

Hadits adalah sebuah hujjah untuk membuktikan bahwa Syari’ah Islam akan dilindungi dan bukan untuk dihancurkan, dan akan selalu ada sekelompok dari Ummat yang akan bangkit untuk mempertahankan Syari’ah.

f. Allah subhaanahu wa ta'aala telah menjamin untuk menjaga dan memelihara Syari’ah sampai hari pengadilan.

Dari waktu ke waktu orang-orang dengan pandangan yang telah terdistorsi akan menimbulkan kesesatan menjauhkan dari kebenaran. Namun, harapan mereka tidak akan pernah berhasil karena Allah subhaanahu wa ta'aala telah berjanji untuk melindungi Dien dari semua kesesatan dan kerusakan.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al Hijr, 15: 9)

Syari’ah Allah adalah hujjah melawan semua makhluk. Tidak ada yang bisa membuat alasan bahwa mereka tidak mengetahui, atau orangtua mereka tidak mengatakan kepada mereka tentang Syari’ah. Ini karena Allah telah menjamin untuk melindunginya dari semua penyimpangan. Allah subhaanahu wa ta'aala telah mengutus para Nabi sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan akan siksa Allah.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman,
رُسُلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“(mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS An Nisaa’, 4: 165)

Sebagaimana telah dinyatakan pada ayat diatas, alasan (mengutus Nabi) adalah untuk meneggakan Hujjah(4) kepada manusia maka dengan demikian mereka tidak bisa pada hari pengdilan membuat alasan yang salah.

Kita belajar dari ayat (4: 165) jika alasan mengutus Nabi adalah untuk menegakkan hujjah tentang kebenaran kepada manusia, maka tidaklah mungkin untuk memberikan distorsi dalam Syari’ah karena distorsi tidak pernah bisa digunakan sebagai hujjah kebenaran. Dan karena Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah Rasul Allah yang terakhir kemudian Syari’ahnya juga adalah Syari’ah yang terakhir dan harus dijalankan sebagai hujjah untuk seluruh manusia sampai hari pengadilan. Syari’ah yang disebut Syari’ah Haq harus bebas dari distorsi dan kerusakan.

Telah diketahui bahwa tidak ada kitab yang telah diberikan perhatian spesial seperti Al-
Qur’an. Ummat Muslim telah melewati perjalanan yang panjang untuk meyakinkan bahwa Al-Qur’an yang sekarang ini sama seperti apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam; walaupun Kuffar mengakui fakta ini. Juga tidak ada Sunnah lain dari semua Nabi atau para Shahabat yang telah diberikan perhatian khusus seperti Sunnah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radliyallahu 'anhuma. Ilmu pengetahun tentang Ulumul Hadits telah dikembangkan secara rinci untuk memastikan bahwa apapun yang
disandarkan pada Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radliyallahu 'anhuma adalah fakta aktual apa yang mereka katakan, telah dilakukan dan telah disetujui.

Mu’awiyyah radliyallahu 'anhuma Berkata, “Aku mendengar bahwa Nabi bersabda: “Akan ada sekelompok Ummatku yang akan tetap menaati perintah Allah dan mereka tidak akan merasa rugi kepada orang-orang yang tidak membantu mereka atau yang akan melawan mereka, sampai Hari
Kiamat datang mereka akan tetap begitu.” (HR Bukhari)

Diriwayatkan oleh Imam Asy-Syatibi rahimahullah Yang berkata:
“Syari’ah ini telah dirahmati dan jalan hidup yang sempurna yang telah dibawa oleh Muhammad dan jalan Ummatnya (Shahabat) telah dikumpulkan (Al-Qur’an kendaraan dari risalah, menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran).” (Diriwayatkan dalam Al Muwaafaqaat)
_______________________________________________________________________
1 Istilah Syari’ah berarti jalan hidup ketuhanan. Itu ketuhanan karena telah ditetapkan oleh Allah subhaanahu wa ta'aala Ada juga jalan hidup selainnya, seperti Komunisme, Kapitalisme, Sosialisme dan sebagainya tetapi semua ini buatan manusia dan kufur.
2 Sebagian orang-orang yang menyimpang mungkin berargumen, dengan berkata “Karena kamu mengatakan Haq akan selalu tetap Haq, kemudian Musa 'alaihissalam adalah tetap Haq; selanjutnya, kita harus mengikuti hukumnya.” Maka kami menjawab: Ini bentuk pertanyaan yang tidak lain hanya bersumber dari Syaitan. Seseorang telah melupakan bahwa semua Syari’ah adalah Haq, sampai hari kiamat, tetapi setelah Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam, Allah subhaanahu wa ta'aala, yang juga dikenal sebagai Al Haq, memerintahkan anak Adam untuk mengikuti Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan Syari’ahnya, jadi siapa saja yang merujuk pada Syari’ah yang lain maka tertolak untuk menaati Allah (Al Haq) dan hanya menaati Syaitan yang Batil.
3 Qayyim berarti yang berlaku dan yang lebih tinggi diatas lainnya
4 Hujjah berarti menerapkan dan menyediakan bukti pada semua masalah dimana seseorang tidak mempunyai alasan untuk menyimpang dari jalan Salaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar