Sabtu, 31 Maret 2012

Siapakah Ahli Kiblat Itu

AZ ZANAD FI SYARHI LUM’ATIL I’TIQAD

penulis:

Fadlilatusy Syaikh Ali Bin Khudlair Al Khudlair

Alih Bahasa

Abu Sulaiman Aman Abdurrahman



قال ابن قدامة رحمه الله في لمعة الاعتقاد :

ولا نجزم لأحد من أهل القبلة بجنة ولا نار إلا من جزم له الرسول صلى الله عليه وسلم لكنا نرجو للمحسن ونخاف على المسيء .ولا نكفر أحدا من أهل القبلة بذنب ولا نخرجه عن الإسلام بعمل.

Ibnu Qudamah Al Maqdisiy rahimahullah berkata :

Dan kami tidak memastikan bagi seseorang dari ahli kiblat dengan surga, kecuali bagi orang yang telah di pastikan baginya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi kami mengaharapkannya untuk orang yang berbuat baik dan kami khawatir atas orang yang berbuat jelek. Dan kami tidak mengkafirkan seseorang dari ahli kiblat dengan (perbuatan) dosa dan kami tidak mengeluarkannya dari Islam dengan amal (kemaksiatan).

الــشـرح

بعد أن انتهى المصنف من الشهادة لأهل الفضل والثناء أنهم من أهل الجنة ، انتقل فقال: هل يشهد لأحد غيرهم بجنة أو نار ؟

الجواب : أن غير السابقين مما ذكر ، كالمسلم العادي الذي لم ينتشر فضله ، فهذا لا يشهد له بالجنة ، لكن يُرجى له الجنة ، وكذا لا يُشهد لأحد منهم بنار، وإنما يخاف على المسيء من النار ، فجعل الأمر دائر بين الرجاء للمحسن والخوف على المسيء

Setelah mushannif memberikan persaksian bagi para ahli fadhl (keutamaan) dan orang-orang yang mendapatkan pujian bahwasannya mereka termasuk dari ahli surga, kemudian ia berkata: “Apakah seseorang selain mereka dipersaksiakan dengan surga atau neraka?”

Jawabnya adalah: Bahwa selain dari para saabiqiin dari apa yang telah disebutkan, seperti seorang muslim yang biasa-biasa yang belum tersebar keutamaannya, maka ia tidak dipersaksiakan baginya surga akan tetapi diharapkan untuknya surga, dan begitu juga tidak dipersaksikan bagi seseorang dari mereka dengan neraka, akan tetapi ditakutkan atas orang yang berbuat buruk akan (terjerumus) ke neraka. Maka permasalahannya adalah berkisar antara pengharapan (akan surga) bagi orang yang berbuat baik dan dikahawatirkan atas orang yang berbuat jelek (akan neraka).

وقول المصنف ( ولا نجزم ) نفى الجزم ، وقوله ( نجزم ) ولم يقل لا أجزم بالإفراد لأنه أراد باللفظ أهل السنة ، وقوله ( من أهل القبلة ) يُقصد بأهل القبلة هو من أتى بالتوحيد ( شهادة أن لا إله إلا اللَّه ) ولم يأتِ بناقض ، هذا تعريف أهل القبلة شرعاً ، ويشترط شرطان :

أ – أن يأتي بالشهادتين ، وهذا شرط إيجابي .

ب – أن لا يأتي بناقض من نواقض الإسلام وهذا شرط سلبي .

فإذا لم يأت بالتوحيد فليس من أهل القبلة ، وإن أتى بالتوحيد وأتى بناقض فليس من أهل القبلة ، أما الذين ليسوا من أهل القبلة كالجهمية ، فهؤلاء عندهم ناقض وهو إنكارهم للأسماء والصفات ، وغيره من المكفرات التي عندهم .

Dan perkataan mushannif (Dan kami tidak memastikan) adalah penafian akan pemastian. Beliau mengatakan (Kami tidak memastikan) dan beliau tidak mengatakan (saya tidak memastikan) dengan lafadh mufrad, karena beliau memaksudkan dengan ungkapannya itu adalah pernyataan Ahlus Sunnah. Dan perkataannya (dari ahlu kiblat) beliau maksudkan dengan ahlu kiblat itu adalah orang yang bertauhid (kesaksian laa ilaaha illaah) dan tidak melakukan satupun dari pembatal keislaman, inilah definisi Ahlul kiblah secara syar’i. Jadi disyaratakan dua syarat untuk dikatakan seorang itu termasuk Ahlul kiblah :

Dia mendatangkan dua kalimah syahadat (bertauhid), ini adalah syarat ijabiy (positif).
Dan dia tidak melakukan satupun dari pembatal keislaman, ini adalah syarat salbiy (negatif).

Sehingga apabila ia tidak bertauhid maka ia bukan termasuk dari Ahli Kiblah, dan apabila ia bertauhid namun ia melakukan pembatal keislaman maka ia tidak termasuk dari Ahli Kiblah juga.

أما الذين ليسوا من أهل القبلة كالجهمية ، فهؤلاء عندهم ناقض وهو إنكارهم للأسماء والصفات ، وغيره من المكفرات التي عندهم .

ومثل الرافضة اليوم فهم ليسوا من أهل القبلة لوجود نواقض فيهم، وكالعلمانيين والحكام المرتدين في وقتنا ممن يدعي الإسلام فهم ليسوا من أهل القبلة لوجود ناقض ، ويشمل الحداثين والقوميين والبعثيين والديمقراطيين والاشتراكيين وغيرهم من الطوائف الأخرى الذين ليسوا من أهل القبلة ، وفائدة ذلك أن من مات من هؤلاء الطوائف على ذلك لا يدخل في هذه المسألة ، ولا يقال لا نشهد له بالنار ، ويدل على ذلك أن من مات من المرتدين يشهد له بالنار .

ويدل لذلك حديث بني المنتفق وهو حديث صحيح ، فأتوا النَّبِيّ عليه السلام وسألوه في حديث طويل عمن مات من أهل الفترة فقال النَّبِيّ عليه السلام : ” لعمر اللَّه ما أتيت عليه من قبر عامري أو قرشي من مشرك فقل : أرسلني إليك محمد فأبشرك بما يسوءك تجر على وجهك وبطنك في النار “([1]) ، قال ابن القيم في (الهدى) من فوائد الحديث أنه يُشهد على من مات على الشرك بالنار .

2 – قصة المرتدين ، فإنهم لما تابوا وطلبوا الصلح من أبي بكر شرط عليهم شرط ، وقال حتى تشهدوا أن قتلانا في الجنة وقتلاكم في النار ” ([2])، والشاهد قوله: ” وقتلاكم في النار ” ، فدل على أنه يجوز الشهادة على المرتد إذا مات على الردة بالنار.

ثم تطرق المصنف إلى مسألة التكفير وهل يكفّر أحد من أهل القبلة أم لا يكفر.

Adapun orang-orang yang bukan termasuk dari kalangan Ahlul kiblah, di antaranya adalah :

Jahmiyyah, pada mereka ini ada pembatal keislaman yakni pengingkaran mereka akan Asma` dan Shifat Allah, serta pembatal-pembatal keislaman yang lainnya yang ada pada mereka.

Seperti Rafidlah pada masa sekarang, mereka itu bukan tergolong Ahlul Kiblah, karena pada mereka terdapat banyak pembatal keislaman.

Dan seperti orang-orang sekuler, para penguasa yang murtad pada masa sekarang ini yang mengaku dirinya sebagai orang Islam, mereka itu bukan termasuk Ahlul Kiblah, karena adanya pembatal keislaman pada diri mereka.

Termasuk juga Al Hadatsin.
Orang-orang Nasionalis.
Orang-orang pengikut Partai Bath (Sosialis Arab).
Orang-orang Demokrat/orang-orang yang berhaluan Demokrasi.
Orang-orang Sosialis.
Dan Aliran-aliran/paham-paham lain yang bukan termasuk Ahlul Kiblah.

Faidah dari penyebutan ini adalah bahwa orang yang mati dari kalangan-kalangan tersebut di atas pahamnya itu tidak termasuk dalam masalah ini, tidak boleh dikatakan: Bahwa kita tidak boleh memastikan dia itu masuk neraka,” dan ini dibuktikan bahwa orang yang mati dari kalangan para murtaddin (pada zaman sahabat) dikatakan dia calon penghuni neraka. Dan dalilnya adalah:

1. Hadits Bani Al Muntafiq, yaitu hadits shahih, “Mereka datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya kepada beliau dalam hadits yang panjang sekali tentang orang yang meninggal dunia dari kalangan Ahlul Fatrah (orang-orang yang berada di antara tenggang adanya Rasul), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Demi Allah, bila engkau melewati kuburan orang musyrik, baik orang Bani Amir atau orang Quraisy, maka katakanlah: “Muhammad mengutus saya kepada kamu untuk memberi kabarmu dengan berita yang menyedihkanmu, kamu digusur di neraka dengan wajah dan perutmu di bawah,”[3] Ibnu Al Qayyim dalam Al Hadyu (Zadul Ma’ad) menyebutkan di antara faidah hadits ini: Bahwa boleh menyatakan calon penghuni neraka terhadap orang yang mati di atas kemusyrikan.

2. Kisah orang-orang murtad, sesungguhnya mereka tatkala taubat dan meminta damai dengan Khalifah Abu Bakar radliyallahu ‘anhu, beliau mensyaratkan satu syarat atas mereka, beliau berkata: “Sampai kalian bersaksi bahwa orang yang mati di antara kami (para sahabat) masuk surga, dan orang-orang yang mati di antara kalian masuk neraka,”[4] dan bukti di sini adalah, ”dan orang-orang yang mati di antara kalian masuk neraka,” maka ini menunjukan bahwa boleh mengatakan bahwa orang yang mati dalam status murtad adalah calon penghuni neraka.

Kemudian mushannif mulai membahas masalah takfir, dan apakah boleh orang yang tergolong Ahlu Kiblah itu dikafirkan atau tidak.

قال المصنف : ( ولا نكفر أحد من أهل القبلة بذنب ولا نخرجه عن الإسلام بعمل ) .

تكلم المصنف عن حكم تكفير أهل القبلة ، وفيه مسائل :

المسألة الأولى : ما المقصود بكلمة “بذنب” ، وكلمة “بعمل”

هاتان الكلمتان قد تفهم خطأ ، وقد تفهم أحياناً على وجه التعميم ، فيظن أن كلامه عام وليس كذلك ، فيقصد “بذنب” أي المعاصي، التي تسمى الكبائر ، ومثله كلمة” بعمل” فإنها تطلق على ثلاثة أشياء :

أ – على الكبائر : كالسرقة والزنا والغيبة والنميمة واللواط وما شابه ذلك فهذا لا يكفر به أهل السنة والجماعة .

ب – الشرك الأصغر ، فهذا أيضاً يدخل ضمن كلام المصنف فلا يكفر بالشرك الأصغر .

جـ – الصغائر وهي ما جاء تحريمها بالشرع ولم يرد فيها وعيد خاص ، فهذه لا يكفر بها أهل السنة والجماعة .

وهناك ذنوب لم يقصدها المصنف هنا كالشرك الأكبر والكفر الأكبر ، فهذه يكفر فيها أهل السنة والجماعة ، سواء كان كفراً أكبر اعتقادي أو عملي أو قولي.

وقول المصنف ( بعمل ) يراد به عمل المعاصي .

Mushannif rahimahullah berkata: Dan kami tidak mengkafirkan seorangpun dari Ahlu Kiblat dengan sebab dzanbun/dosa (yang dia lakukan), dan kami tidak mengeluarkannya dari Islam dengan sebab ‘amal.

Mushannif berbicara tentang hukum mengkafirkan Ahlul Kiblah, dan di dalamnya ada beberapa masalah:

Masalah pertama: Apa yang dimaksud dengan kata dzanbun/dosa dan kata ‘amal.

Dua kata ini terkadang dipahami keliru, dan terkadang dipahami dengan cara menganggapnya umum, sehingga diduga perkataan beliau ini bermakna ‘aam/umum, padahal tidak seperti itu. Beliau bermaksud dengan kata, ”dzanbun/dosa” adalah maksiat yang dinamakan pula Al kabaa’ir (dosa-dosa besar). Dan seperti kalimat dzanbun adalah kalimat ‘amal, di mana kalimat ‘amal ini dipakai untuk tiga hal:

Untuk dosa-dosa besar: seperti mencuri, zina, ghibah, namimah, liwath (homo seks) dan yang semisalnya, maka ini (pelakunya) tidak dikafirkan oleh Ahlussunnah Waljama`ah.

Syirik asghar: ini juga tidak masuk di dalam perkataan Mushannif, (maka seseorang) tidak dikafirkan dengan sebab (melakukan) syirik asghar.

Dosa-dosa kecil yakni apa-apa yang dan diharamkan oleh syari`at namun tidak ada ancaman kusus padanya, maka ini (pelakunya) tidak dikafirkan oleh Ahlussunnah Waljama`ah.

Dan ada dosa-dosa yang tidak dimaksudkan oleh mushannif di sini seperti syirik akbar dan kufur akbar, maka dosa-dosa ini (maksudnya syirik akbar dan kufur akbar) dalam hal ini Ahlussunnah Walajama`ah mengkafirkan (pelakunya), baik itu kufur akbar i`tqady (yang bersifat keyakinan), kufur akbar `amaly (amalan), ataupun kufur qouly (perkataan).

Perkatan Mushannif: “sebab amalan” dimaksudkan dengannya adalah amal maksiat (melakukan maksiat).

المسألة الثانية : قول المصنف ( أهل القبلة ) ما القصود بهم :

يقصد أهل القبلة طوائف :

أ – السابقون .

ب – المقتصدون .

وهذان القسمان هم أهل المدح والثناء وهم أهل الجنان ، قال تعالى: {ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن اللَّه}([5]) وهؤلاء لا يكفرون.

جـ – الظالم لنفسه ، وهم أهل التوحيد الذي فعل شيء من المعاصي ومات عليها، أو مصراً عليها ، ويشترط في هؤلاء حتى يسموا أهل القبلة ، أن يأتوا بالتوحيد ، وأن لا يأتوا بناقض من نواقض الإسلام.

د – المبتدعة : أو الذين فيهم بدعة ، بشرط أن تكون بدعتهم غير مكفرة ، كالذين يحيون ليلة النصف من شعبان وكتقديم الخطبة على الصلاة في العيد ، وترك بعضهم للتكبير علناً ، وكتأخير الصلاة لآخر وقتها الضروري ، ومثل الكلابية ومثل متقدمي الأشاعرة كأبي الحسن الأشعري والباقلاني ، ومثل الكرامية فإنهم مبتدعة ومثل الخوارج الأولى ويسمون المحكّمة ، فهؤلاء مبتدعة وليسوا كفاراً . ومثل مرجئة الفقهاء ، هذه الطوائف هي التي تسمى أهل القبلة .

Masalah kedua: Perkataan mushannif “Ahlul kiblat”, siapakah yang dimaksud dengan mereka ; Yang dimaksud dengan ahlul kiblat adalah kelompok-kelompok berikut ini:

1. As-Sabiquun.

2. Al-Muqtasiduun.

Kedua bagian ini adalah mereka yang mendapatkan pujian dari Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka adalah ahli surga. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن اللَّه (سورة فاطر : 32)

“Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu diantar mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara merka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaiakan dengan izin Allah” (QS. Al-Fathir: 32) dan mereka ini tidak dikafirkan.

3. Adh-Dhalimu linafshi, mereka adalah ahli tauhid yang melakukan sesuatu dari kemaksiatan dan ia mati dengan membawa maksiat itu, atau terus-menerus melakukannya, dan disyaratkan bagi mereka untuk bisa dinamakan Ahlul kiblat, mereka harus bertauhid dan tidak melakukan pembatal dari pembatal-pembatal keislaman.

4. Mubtadi`ah (Ahlul Bid’ah), atau pada dirinya ada unsur kebid`ahan dengan syarat kebid`ahan mereka itu bukan bid`ah mukaffirah (yang mengakibatkan mereka kafir), seperti orang-orang yang mengagungkan malam nisfu sya`ban, mendahulukan khutbah sebelum shalat pada shalat `Ied, perlakuan sebagian mereka meninggalkan takbir dengan terang-terangan, mengakhirkan shalat dari waktu yang dlaruriy, begitu juga orang-orang Kullabiyyah dan orang-orang terdahulu dari Asya`irah seperti Abu Hasan Al-Asy`ary dan Al-Baqilany, dan begitu juga Al-Karraamiyyah, mereka adalah para mubtadi`ah, dan begitu juga Khawarij awal, yang dinamakan dengan Al-Muhakkamah, mereka adalah para mubtadi`ah dan bukan orang-orang kafir, dan semisal Murji`ah Fuqaha, maka kelompok-kelompok ini dinamakan Ahlul Kiblat.

المسألة الثالثة : أهل القبلة ينقسمون إلى قسمين :

أ – أهل القبلة بالحقيقة ، بمعنى أنه يجوز إطلاق هذا الاسم عليهم ، وهم الطوائف السابقة .

ب – أهل قبلة بالادعاء والانتساب أو لمجرد التعريف ، أو باعتبار ما قبل التكفير ، وهو كل من انتسب إلى القبلة وقد قام به مكفر ، فتسميته بأهل القبلة زور وبهتان . ولا يجوز إطلاق هذا الاسم عليه.

وهذا القسم لم يرده المصنف ، وهم طوائف يتسمون بأهل القبلة وهم كفار ، وهم كالتالي : الجهمية ، وغلاة المعتزلة : فهؤلاء على الصحيح كفار .

الرافضة : وهم ليسوا من أهل القبلة على الحقيقة وهم كفار ، علماؤهم وعوامهم

عباد القبور : وهؤلاء مشركون بالإجماع وليسوا بمسلمين ، نقل تكفيرهم الشيخ محمد بن عبد الوهاب ، في نواقض الإسلام – الناقض الثاني – ، وقبله نقله ابن تيمية كما في كشاف القناع ، أن من جعل بينه وبين اللَّه وسائط يدعوهم ويسألهم الشفاعة كفر إجماعاً .

الصوفية الذين عندهم كفريات ، كالاستغاثة بالأولياء ونحو ذلك ، فهؤلاء مشركون وإن تسموا بأهل القبلة .

العلمانيين : بجميع أصنافهم ، فإنهم كفار وإن تسموا بالإسلام ، أو قالوا نحن دولة إسلامية وحكام مسلمين ، وهم في حقيقة الأمر علمانيون كفار .

وأصناف العلمانيين مثل : الحداثيين والديمقراطيين والبرلمانيين والبعثيين والقوميين ، والشيوعيين والاشتراكيين ، فهؤلاء كلهم كفار سواء كانوا كتّاباً أو صحفيين أو سياسيين أو إعلاميين أو مثقفين أو عسكريين ، أو اقتصاديين إلخ.

ومنهم من يتسمى بالإسلاميين وقد قام بهم مكفر كالإسلاميين الذين يبيحون التشريع لغير اللَّه أو الذين يتحالفون مع العلمانيين ، ويستلزم من تحالفهم مع العلمانيين أن يفعلوا كفرا عالمين به فهؤلاء كفار وإن ادعوا أنهم إسلاميون .

ومن هذه الطائفة صنف يسمى العصرانيين ، وهم الذين يدعون تطوير الشريعة لكي تواكب العصر ، أو تطوير أصول الفقه لكي يواكب العصر ، وأمثالهم ممن يفعل مكفرا من هؤلاء .

Masalah ketiga: Ahlu kiblat dibagi menjadi dua bagian

Ahli kiblat yang sebenarnya, dalam arti dibolehkan memakai nama ini untuk mereka, dan mereka adalah kelompok-kelompok yang telah disebutkan tadi.

Ahli kiblat dengan sekedar klaim (mengaku-ngaku saja) dan penisbatan atau hanya sekedar nama saja, atau didasarkan pada saat sebelum pengkafiran mereka, yaitu setiap orang yang menisbatkan (dirinya kepada Ahlu) Kiblat sedangkan pada dia itu ada sesuatu yang membuat dia kafir, maka penamaan dirinya dengan ahlu kiblat merupakan kebohongan dan kedustaan, dan nama ini tidak boleh dipakai untuknya.

Dan pada bagian ini ada yang belum disebutkan oleh mushannif, mereka adalah kelompok-kelompok yang menamakan diri dengan Ahli Kiblat, sedangkan mereka adalah orang-orang kafir, mereka adalah: Jahmiyyah, dan Ghulaatul Mu`tazilah, mereka ini (sesuai dengan pendapat yang ) shahih adalah orang-orang kafir.

Rafidlah: Hakekatnya mereka bukan termasuk dari ahli kiblat, mereka adalah orang-orang kafir, baik ulama`-ulama` mereka ataupun orang-orang awam mereka.

`Ubbaadul qubuur (penyembah kuburan): Mereka adalah orang-orang musyrik secara ijma`, dan bukan sebagai orang-orang muslim, pengkafiran mereka dinukil dari Syaikh Muhammad Ibnu `Abdul Wahhab di dalam Nawaqidlul Islam (pembata-pembatal keislaman) -pembatal yang kedua, dan sebelumnya telah dinukil dari Ibnu Taimiyyah di dalam Kasysyaful Iqna`, bahwa barangsiapa yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara yang di mana mereka berdo`a kepadanya dan mereka meminta syafa`at kepadanya maka ia kafir secara ijma`

Shuufiyyah yang memiliki berbagai kekufuran, seperti istighasah kepada para wali dan yang semisalnya, maka mereka adalah orang-orang musyrik dan tidak dinamakan dengan ahli kiblat.

Al-`Ilmaaniyyah (sekulerisme): dengan segala bentuknya, mereka adalah orang-orang kafir walaupum mereka memakai nama Islam atau mereka mengatakan kami negara-negara Islam dan hakim-hakim muslim, dan pada hakekatnya orang-orang sekularisme itu kuffar.

Dan di antara bagian-bagian dari sekulerisme tersebut adalah:

Al-Haddatsin.
Para demokrat.
Orang-orang parleman.
Anggota partai bath.
Para nasionalis.
Komunis.
Dan sosialis.

Mereka semuanya adalah kuffar, baik mereka itu para penulis, wartawan, politikus, I`lamiyyin (bidaang informasi), ilmuwan, militer atau para ekonom, ataupun yang lainnya. Dan diantara mereka ada yang menamakan diri dengan Islamiyyin yang telah melakukan kekufuran, seperti para Islamiyyin yang membolehkan pembuatan hukum bagi selain Allah atau yang bersekongkol dengan orang-orang sekuler, dan persekongkolannya itu memestikan mereka melakukan kekufuran sedangkan mereka mengetahuinya, maka mereka ini adalah orang-orang kafir, walaupun mengaku sebagai Islamiyyin. Dan yang termasuk dari kelompok ini, adalah yang bernama `Israniyyin, mereka adalah orang-orang yang mengajak kepada pengembangan syari`at agar sesuai dengan zaman, atau pengembangan Ushul Fiqih agar sesuai dengan zaman, dan yang lain sebagainya dari orang-orang yang melakukan kekafiran di antara mereka.

[1] مسند الإمام أحمد 4/13 (16251) .

[2] رواه أحمد في مسنده 1/387 (ح2609) .

[3] Musnad Imam Ahmad 4/13 (16251)

[4] Riwayat Ahmad 1/387 (2609)

[5] سورة فاطر : 32 .

1 komentar: